Allah SWT memiliki 99 Asmaul Husna, dan salah satunya ialah Ar-Razzaq. Sifat Ar-Razzaq disebut sebagai dzat yang maha pemberi rezeki kepada seluruh makhluk hidup tanpa ada yang terluput. Adapun kata Ar-Razzaq diambil dari masdar Ar-Razqu yang bermakna pemberian rezeki. Ar-Razzaq merupakan bentuk dari salah satu wazan shigot mubalagah (superlative) yakni penyangatan. Maka dari itu secara bentuk kata dapat dipahami bahwasanya kata Ar-Razzaq bermakna yang maha pemberi rezeki. Rezeki merupakan pemberian Allah SWT untuk setiap makhluknya, sebagaimana diterangkan pada surah Hud ayat 6:
وما من دابة في لأرض إلا على الله رزقها ويعلم مستقرها ومستودعها كل في كتب مبين
Artinya : “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
Pada ayat tersebut perlunya kita merenungkan sejenak bagaiaman seluruh makhluk hidup dibumi ini berada pada tanggungan Allah SWT. Sebagaimana pada sebuah hikayat Ibrahim bin Adham yang menjadi sebab taubatnya. Pada suatu hari, pergi keluar Ibrahim untuk berburu, tidak lama kemudian singgahlah ia pada suatu tempat dan membeberkan alas makan untuk menyantap makanannya. Ketika Ibrahim sedang menikmati makanannya datanglah seekor burung mengambil sepotong roti dengan paruhnya dari alas makan, lalu terbang ke udara. Maka terheranlah Ibrahim karena yang demikian, ia lalu menaiki kudanya untuk mengikuti burung tersebut.
Singkat cerita Ibrahim mengikuti burung tersebut hingga sampai diatas gunung. Burung tersebut hilang dari pandangannya. Ia terus mencari burung tersebut hingga menemukannya, akan tetapi ia melihat seseorang yang terikat dengan tali. Ibrahim pun melepaskan ikatan dan bertanya tentang keadaanya di gunung tersebut. Orang itu pun berkata “sesungguhnya aku adalah seorang pedagang yang telah dirampok. Mereka mengikatku dan membuangku ditempat ini selama 7 hari. Dan setiap hari, datanglah seekor burung yang membawakan roti dengan paruhnya, dan meletakkan kedalam mulut ku. Tidaklah Allah meninggalkanku dalam keadaan lapar didalam hari-hari”. Setelah mendengar kisah tersebut, Ibrahim bin Adham membebaskannya dan membawanya turun, sehingga membuat Ibrahim bertaubat. “Hikayat diambil dalam kitab Usfuriyyah”.
Dari hikayat singkat tersebut, dapat kita pahami bahwasanya rezeki sudah diatur oleh Allah. Dalam ranah kita sebagai hamba perlunya untuk berikhtiar, yakni mengusahakan yang terbaik dibarengi dengan mendoakan atas usaha tersebut. Akan tetapi adanya perlunya kita memahami konsep rezeki agar tidak terjadi penyempitan makna rezeki, yakni hanya dilihati dari segi materi. Adapun rezeki lainnya berupa, kesehatan, kebahagian, keharmonisan rumah tangga, ilmu pengetahuan, pekerjaan, makanan, minuman, dan pakaian. Dan rezeki paling agung ialah rezeki berupa taufik untuk taat kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan pada kitab Qotrul Ghois karangan Syekh Muhammad Nawawi Al Jawi :
واسم الرزاق لايختص بالمأكول والمشروب بل كل ما انتفع به الحيوان من مأكول ومشروب ملبوس وغيرها ومن أعظم الرزق التوفيق للطاعات
Artinya : “Asma Ar-Razzaq tidak dikhususkan kepada makanan, minuman, akan tetapi sesuatu yang bermanfaat baik bagi hewan-hewan dari makanan, minuman, pakaian, dan lainnya. Dan dari paling agungnya rizqi ialah taufik/pertolongan untuk melaksanakan ketaatan”.
Dapat kita pahami sifat Ar-Razzaq Allah, merupakan sifat maha pemberi rezeki yang tidak hanya terbatas dari segi materi saja bahkan lebih dari itu. Ketika kita memiliki pemahaman demikian, maka kebahagian kita tidak akan menjadi sempit pada banyaknya jumlah materi. Bahkan ketika materi berlimpahpun tidak dapat menjamin membuat hidup kita lebih bahagia dan lebih tenang.
Dan perlu kita renungkan sejenak, yakni yang terdapat pada salah satu hikmah dari hikayat Ibrahim ibn Adham, dengan perantara makanannya yang diambil oleh seekor burung, dan membuatnya bertaubat hingga menjadi salah satu wali Allah. Semoga kita menjadi hamba yang tidak khawatir akan tanggungan rezekiny. Akan tetapi, khawatir akan hidup kita jauh dari taufik untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT.
Allahu ‘Alam Bishawab
Penulis : Ashlahuddin
Posting Komentar untuk "Memahami Sifat Ar-Razzaq Allah SWT"