Pertama, menahan buang hajat dalam melaksanakan sholat apakah boleh?
Dalam melaksanakan sholat seseorang seringkali dihadapkan dengan beberapa kondisi. Salah satunya adalah ketika ia menahan buang hajat dikarenakan sedang melaksanakan sholat. Sehingga, dia terus menahan buang hajatnya sampai sholat selesai. Dan hal ini juga, menjadi pertanyaan dari teman-teman santri terkait hukum menahan hadas di saat melaksanakan sholat. Seandainya tidak diperbolehkan, apakah ada solusi ketika seseorang dalam kondisi tersebut.
Dalam pendapat yang disampaikan oleh teman-teman santri saat berdiskusi. Mereka menyatakan bahwa menahan hadas sebelum sholat hukumnya makruh. Namun, jika menahan hadas di saat sholat maka hukumnya wajib, dan ia tidak diperbolehkan membatalkan sholat selama tidak khawatir timbul bahaya yang sangat besar. Artinya jika khawatir timbul bahaya yang sangat besar maka wajib membatalkan sholat. Dalam pendapat yang disampaikan oleh teman-teman santri mereka merujuk kepada kitab I'anah Tholibin, yang menyatakan sebagai berikut :
إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (1/ 226)
(قوله: وليس له الخروج الخ) أي لا يجوز له ذلك.
ومحله ما لم يظن بكتمه ضررا يبيح له التيمم، وإلا فله الخروج منه، وله تأخيره عن الوقت، كما في التحفة والنهاية.
Sedangkan untuk solusi yang ditawarkan oleh teman-teman santri dalam kondisi ini, mereka berpendapat bahwa dengan melakukan pembersihan terlebih dahulu sebelum sholat, yang mana hal ini bertujuan untuk menutup potensi munculnya hadas di saat sholat. Hal ini, berdasarkan refrensi yang ditemukan oleh teman-teman santri di kitab I’anah Ala-Tholibin, sebagaimana redaksi berikut :
إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (1/ 226)
(قوله: وليس له الخروج الخ) أي لا يجوز له ذلك.
ومحله ما لم يظن بكتمه ضررا يبيح له التيمم، وإلا فله الخروج منه، وله تأخيره عن الوقت، كما في التحفة والنهاية.
Dengan demikian pendapat yang disampaikan oleh teman-teman santri dengan refrensi kitab terkait. Dapat kita simpulkan bahwa ketika seseorang menahan hadas sebelum sholat dilaksanakan maka hukumnya makruh. Berbeda halnya, ketika ia sudah dalam kondisi melaksanakan sholat maka ia wajib menahannya dengan catatan tanpa adanya perasaan khawatir akan munculnya bahaya yang besar. Akan tetapi, jikalau dia khawatir akan munculnya bahaya yang berdampak pada dirinya maka ia wajib untuk membatalkan sholatnya.
Kedua, Sholat di kuburan nabi dengan tujuan tabarruk dan sholat dengan pakaian ghosob, apakah memiliki kesamaan?
Akhir-akhir ini, kita sering mendapati banyak orang yang melakukan suatu perbuatan tanpa didasari dengan ilmu agama yang mumpuni. Akhirnya, mereka melakukan segala sesuatu yang berlandaskan pada persepsi mereka sendiri. Padahal kalau kita kaji lebih dalam lagi, hal itu tidak diperbolehkan. Seperti halnya, sholat di kuburan nabi Muhammad dengan tujuan tabarruk yang mana hal itu dianggap baik oleh mereka. Padahal dalam segi hukum pelaksanaan sholat di kuburan nabi ini disamakan dengan sholat memakai pakaian ghosob. Yang mana hukumnya sama-sama haram dan tidak mendapatkan pahala. Pendapat ini sesuai dengan refrensi, dalam kitab I’anah ath Tholibin.
إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (1/
227)
(قوله: وتحرم الصلاة) أي مع كونها صحيحة.
وقوله: لقبر نبي أي مستقبلا فيها قبر نبي.
وقوله: أو نحو ولي أي كعالم وشهيد.
(وقوله: تبركا أو إعظاما) قيد في الحرمة.
أي إنما تحرم بقصد التبرك أو الإعظام لذلك
القبر، فلو لم يقصد ذلك بل وافق في صلاته أن أمامه قبر نبي، كمن يصلي خلف قبر
النبي - صلى الله عليه وسلم - من الأغاوات وغيرهم، فلا حرمة ولا كراهة
إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (1/
227)
(قوله: وفي أرض مغصوبة) هو معطوف على
لقبر نبي، أي وتحرم الصلاة فيها.
(قوله: كما في
ثوب مغصوب) أي فإنها تحرم فيه مع صحتها بلا ثواب..
Dengan refrensi yang telah disuguhkan, dapat disimpulkan bahwa sholat di depan kuburan nabi dengan niatan tabarruk dan sholat dengan memakai pakaian ghosob memiliki kesamaan. Yakni, dari segi hukumnya sama-sama haram dan dalam pelaksanaan nya pun tidak mendapatkan pahala.
.
.
Oleh : Tim LBKM al-Bidayah
Posting Komentar untuk "RUMUSAN SYAWIR 03 DESEMBER 2023"