FA’ SABABIYYAH


Dalam gramatikal bahasa Arab, fa’ sababiyyah merupakan bagian dari deretan amil yang menashabkan fi’il mudlari’. Pembahasan spesifik tentang fa’ sababiyyah menjadi penting lebih disebabkan karena dalam teks-teks berbahasa Arab, fa’ merupakan salah satu lafadz yang memiliki multi predikat, seperti fa’ athaf, fa’ rabithah li jawab al-syarthi, fa’ fashihah, fa’ ta’lililiyyah dan fa’ sababiyyah.
Fa’ sababiyyah dapat diterjemahkan dengan;

الْفَاءُ الَّتِيْ تَدْخُلُ عَلَى الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ فَيَكُوْنُ مَا قَبْلَهَا سَبَبًا لِمَا بَعْدَهَا؛ بِشَرْطِ أَنْ تَكُوْنَ مَسْبُوْقَةً بِطَلَبٍ أَوْ نَفْيٍ، فَتَنْصِبُ الْفِعْلَ الْمُضَارِعَ الَّذِيْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ.

Fa’ yang menashabkan fi’il mudlari’yang dimasukinya, dengan menjadikan lafadz yang jatuh sebelumnya menjadi sebab dari lafadz yang jatuh setelahnya, dengan syarat susunan kalimatnya diawali oleh thalab ataupun nafiy.

Dari definisi di atas, pembahasan tentang fa’ sababiyyah dapat kita urai sebagai berikut:
1) Fa’ sababiyyah merupakan amil nashab
Fa’ sababiyyah merupakan amil yang menashabkan fi’il mudlari’ dengan menggunakan أَنْ yang wajib tersimpan yang jatuh setelahnya.
Contoh: أَقْبِلْ فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ asalnya adalah أَقْبِلْ فَأَنْ أُحْسِنَ إِلَيْكَ.
2) Fa’ sababiyyah merupakan fa’ yang terletak pada jawab.
Ketika sebuah lafadz dimasuki oleh fa’ sababiyyah, maka jumlah yang jatuh sebelumnya berposisi sebagai “sebab” dari terjadinya jumlah yang jatuh setelahnya, dan jumlah yang jatuh setelahnya berposisi sebagai “musabbab” atau respons (jawab) dari jumlah yang jatuh sebelumnya.
Contoh: زُرْنِي فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ berkunjunglah kepadaku, maka aku akan berbuat baik kepadamu!
(Contoh ini dapat kita terjemahkan dengan “kedatanganmu akan menjadi penyebab aku berbuat baik kepadamu”).
3) Fa’ sababiyyah harus didahului “thalab” atau “nafiy”
Sebuah fa’ dikatakan sebagai fa’ sababiyyah yang menashabkan fi’il mudlari’ yang dimasukinya apabila dalam susunan kalimat yang dimasuki oleh fa’ sababiyyah diawali oleh “thalab” atau “nafiy”. Thalab atau nafiy inilah yang kemudian direspon/dijawab dengan menggunakan fa’ sababiyyah.

“Thalab” merupakan pernyataan yang mengandung tuntutan, upaya atau harapan. Dalam konteks fa’ sababiyyah, thalab yang menjadi persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Amar/perintah (الْأَمْرُ)
Contoh:زُرْنِي فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ artinya: Berkunjunglah kepadaku, maka aku akan berbuat baik kepadamu”
b) Nahiy/larangan (النَّهْيُ)
وَلَا تَهْجُرْنِي فَأُسِيءَ إِلَيْكَ artinya: “jangan tinggalkan aku, maka aku akan berbuat tidak baik kepadamu”
c) Tamanniy/angan-angan (التَّمَنِّيْ)
Contoh: لَيْتَ زَيْدًا عِنْدَنَا فَنُكْرِمَهُ artinya: “andaikata zaid ada di sisi kita, maka kita akan memuliakannya”
d) Istifham/pertanyaan (الْاِسْتِفْهَامُ)
Contoh: أَيْنَ زَيْدٌ فَنُحَدِّثَهُ artinya: “di manakah Zaid? Sehingga aku bisa berbicara dengannya!”
e) Du’a/permohonan (الدُّعَاءُ)
Contoh: رَزَقَكَ اللهُ مَالًا فَتَتَّسِعَ بِهِ artinya: “semoga Allah memberimu rizki berupa harta, sehingga kamu dapat berderma dengan harta itu”.

“Nafiy” merupakan pernyataan yang mengandung negasi atau pernyataan negatif. dalam konteks fa’ sababiyyah, nafiy yang menjadi persyaratan adalah sebagai berikut:
a) Juhud/pengingkaran (الجُحْدُ)
Contoh: مَا لَكَ مَالٌ فَتُنْفِقَهُ artinya: “tidaklah kamu memiliki harta sehingga kamu bisa menafkahkannya”.
Oleh : Tim Kepenulisan Nahwu al-Bidayah

Posting Komentar untuk "FA’ SABABIYYAH"