Perbedaan pendapat dikalangan para ulama’ syafi’iah tentang penggunaan air musyammas (air panas yang terkena terik matahari).
Sebagian ulama’ syafi’iah berpendapat bahwa menggunakan air musyammas pada anggota badan adalah hukumnya makruh tanzih, karena efek samping menggunakan air musyammas dapat menimbulkan penyakit baros. Ulama’ yang berpendapat demikian beristidlal dengan menggunakan hadits Nabi SAW:
حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب (1/ 78)
قَوْلُهُ: (عَنْ عُمَرَ) لَعَلَّ الشَّافِعِيَّ اطَّلَعَ عَلَى أَنَّ عُمَرَ رَوَاهُ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلَمْ يَقُلْهُ عَنْ اجْتِهَادٍ حَتَّى يَتَأَتَّى الِاسْتِدْلَال بِهِ، وَلَوْ اسْتَدَلَّ الشَّارِحُ بِمَا رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ: «أَنَّهَا سَخَّنَتْ مَاءً فِي الشَّمْسِ لَهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَقَالَ: لَا تَفْعَلِي يَا حُمَيْرَاءُ فَإِنَّهُ يُورِثُ الْبَرَصَ» وَإِنْ كَانَ ضَعِيفًا ثُمَّ يُقَوِّيه بِخَبَرِ عُمَرَ كَانَ أَوْلَى وَلِضَعْفِهِ لَمْ يَقُلْ بِالْحُرْمَةِ. اهـ.
Sekilas tentang maksud dari hadits di atas bahwa sayyidatina Aisyah RA memanaskan air untuk baginda nabi Muhammad SAW dengan menggunakan terik sinar matahari, kemudian nabi Muhammad SAW bersabda pada beliau “jangan engkau lakukan hal itu wahai humairo’, karena hal itu dapat menimbulkan penyakit baros”.
Hadits di atas memang dho’if, namun tidak menutup kemungkinan bahwa hadits dho’if dapat dijadikan sebagai objek istinbath hukum syar’i jika memang berkaitan dengan hal-hal penting dalam kehidupan, lebih-lebih terhadap kesehatan.
Sedangkan ulama’ yang berpendapat menggunakan air musyammas tidak makruh itu beristidlal dengan mengkritisi bahwa dalam hadits tersebut mengandung unsur kesamaran, karena jika memang menggunakan air musyammas terbukti menimbulkan penyakit baros, maka nabi akan mengaharamkan penggunaan air musyammas terhadap anggota badan, karena menggunakan air musyammas dapat terbukti menimbulkan penyakit baros.
حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب (1/ 80)
قَوْلُهُ: (لِأَنَّ ضَرَرَهُ مَظْنُونٌ) قَضِيَّتُهُ جَوَازُ الِاسْتِعْمَالِ مَعَ الْكَرَاهَةِ إذَا ظَنَّ الضَّرَرَ وَلَيْسَ كَذَلِكَ، بَلْ يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُهُ حِينَئِذٍ، فَكَانَ يَنْبَغِي التَّعْبِيرُ بِالتَّوَهُّمِ إذْ الْكَرَاهَةُ فِي التَّوَهُّمِ فَقَطْ، أَمَّا إذَا تَحَقَّقَ الضَّرَرَ أَوْ ظَنَّهُ بِمَعْرِفَتِهِ أَوْ عَدْلِ رِوَايَةٍ فَإِنَّهُ يَحْرُمُ م د. وَقَوْلُهُ: بِمَعْرِفَتِهِ أَيْ طِبًّا لَا تَجْرِبَةً رَشِيدِيٌّ وع ش. خِلَافًا لِابْنِ حَجَرٍ الْقَائِلِ إنَّهُ يَعْمَلُ بِتَجْرِبَةِ نَفْسِهِ
Oleh : David Rosyidi
Posting Komentar untuk "Air Musyammas Menurut Perspektif Ulama Syafi'iyyah"