Akhir-akhir ini, berita tentang kampanye mulai bermunculan di berbagai stasiun televisi di Indonesia. Para capres dan cawapres saling berlomba-lomba untuk terus berkampanye di berbagai daerah. Tentunya, kampanye yang dilakukan oleh mereka sedikit banyak akan membahas tentang gagasan dan juga pesan-pesan seputar kampanye. Baik itu, berupa visi misi ataupun program yang akan mereka janjikan dalam lima tahun kedepan.
Tujuan diadakannya kampanye ini, tidak lain bukan adalah untuk meraih suara rakyat dan mencari dukungan masyarakat agar nantinya mereka memperoleh kemenangan dalam pemilihan nanti. Dan kenapa kampanye harus dilakukan? Karena kita ketahui bersama, bahwa Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi dengan menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Dengan demikian, satu suara rakyat sangat berarti dalam menentukan pemimpin lima tahun kedepan negara ini.
Dengan maraknya berita kampanye ini, seharusnya kita harus selektif dalam memilih calon pemimpin negeri ini. Pertanyaannya pemimpin seperti apakah yang harus kita pilih ?
Dalam menjawab pertanyaan ini, saya menemukan sebuah maqolah yang bisa kita renungkan bersama. Sebuah maqolah berbahasa Arab itu menyatakan:
قال حكيم: (أربعة يسود بها العبد: العلم والأدب والفقه والأمانة)
“Empat hal yg membuat seseorang dapat menjadi pemimpin: Ilmu, adab, faham agama dan amanah."
Kalau kita klasifikasi bersama, ada 4 hal seseorang berhak untuk dijadikan pemimpin.
Pertama, aspek keilmuan.
Dalam aspek keilmuan ini, tidak hanya terbatas pada gagasan dan pengetahuannya saja. Akan tetapi kapabilitas juga menjadi poin penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dengan demikian, dalam memilih pemimpin yang ideal, kapabilitas dan keilmuan adalah hal yang pertama kali harus dimiliki oleh calon pemimpin. Sehingga, keilmuan dan kapabilitas seorang pemimpin menjadi pertimbangan utama dalam memilih calon pemimpin yang tepat.
Kedua, Adab atau sopan santun.
Adab atau sopan santun menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin harus menjadi contoh yang baik bagi rakyatnya. Baik itu dalam bersikap ataupun dalam bertutur kata.
Karena, apabila seorang pemimpin tidak beretika dan tidak beradab maka dapat dikatakan dia bermasalah dalam moralnya.
Dalam sebuah maqolah pernah disampaikan:
الأدب يستر قليل العلم، والعلم لا يستر قليل الأدب. وفقدُهما عَراء، وجمعُهما ثراء.
“Adab yang baik akan menutupi ilmu sedikit yang dimiliki oleh seseorang. Dan ilmu yg dimiliki seseorang tidak akan menutupi budi pekerti buruk yang dimilikinya. Tidak memiliki keduanya adalah sebuah cacat moral dan memilki keduanya adalah sebuah kekayaan tersendiri."
Oleh karena itu, moral atau adab menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam memilih seorang pemimpin. Karena kita sebagai rakyat menginginkan pemimpin yang baik dari segi moral dan intelektualnya.
Ketiga, kefahaman dalam ilmu agamanya.
Religiositas diperlukan setiap orang bukan hanya terbatas bagi seorang pemimpin saja. Karena orang yang hidup tanpa memiliki kesadaran bertuhan atau beragama, dia termasuk orang yang merugi. Yang hanya menjadikan tujuan hidupnya untuk makan saja. Sebagaimana pepatah berbahasa arab menyatakan:
الأحمق يعيش ليأكل والعاقل يأكل ليعيش والمسلم يعيش ليعبد الله وحد.
"Orang bodoh itu hidup untuk makan, sedangkan orang berakal makan untuk hidup. Seorang muslim (umat beragama) hidup untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Esa."
Dalam maqolah yang lain, juga disampaikan, bahwa kefahaman terhadap ilmu agama yang mumpuni akan menjadikan seseorang terhormat.
إِنْ يَكُنْ لَكَ دِينٌ فَلَكَ كَرَمٌ, وَإِنْ يَكُنْ لَكَ عَقْلٌ فَلَكَ مُرُوءَةٌ, وَإِنْ يَكُنْ لَكَ مَالٌ فَلَكَ شَرَفٌ
“Jika engkau memiliki (ilmu) Agama yang mumpuni, maka engkau akan terhormat. Jika engkau memiliki akal yang cerdas maka engkau akan berharga. Jika engkau memiliki harta maka engkau akan mulia."
Dengan demikian, kefahaman beragama bagi seorang pemimpin menjadi poin penting untuk memilih pemimpin yang ideal. Karena pemimpin yang faham agama tidak akan menjadikan jabatannya sebagai alat untuk kepuasaan nafsunya. Melainkan sebagai amal ibadah untuk kemaslahatan dan kesejahteraan rakyatnya. Pemimpin yang faham agama juga tidak akan berlaku sewenang-wenang kepada rakyatnya dan mengetahui bagaimana seharusnya dia menjadi pemimpin sesuai dengan nilai-nilai agamanya.
Keempat, Amanah.
Sikap amanah dan bertanggung jawab adalah sikap yang harus dimiliki oleh calon pemimpin. Dalam buku karya K.H Afifuddin Muhajir yang berjudul Fiqh Tata Negara, beliau menyampaikan bahwa prinsip dalam mengangkat seorang pemimpin adalah integritas (amanah). Prinsip ini, menjadi syarat utama pemimpin yang berkualitas. Dengan terpenuhinya integritas dalam diri seorang pemimpin merupakan tujuan syariat. Dan sifat ini, tidak hanya berlaku dalam konteks kepemimpinan negara saja, akan tetapi juga berlaku bagi setiap orang yang mendapatkan amanah dan tanggung jawab, seperti penerimaan barang titipan, kepala sekolah dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kita sebagai rakyat harus benar-benar selektif dalam memilih calon pemimpin untuk negara ini.
Reminder :
Pertanyakan terlebih dahulu pilihanmu !!
Jangan memilih karena ketakutan, imbalan, kasta, agama dan komunitas. Pertanyakan terlebih dahulu, orang-orang yang mencari suaramu. Baik dari segi keilmuan, kapabilitas, integritas dan kefahaman dalam ilmu agamanya.
Tanyakan juga apa yang akan mereka lakukan dalam lima tahun kedepan.
Bagaimana dengan pendidikan anakmu?
Bagaimana mereka akan membantumu dalam mendapatkan pekerjaan?
Bagaimana mereka akan memajukan negara ini dalam lima tahun kedepan?
Tanyakan, sebelum kamu memilih!!!
Jika kamu melakukan itu, sistem kesehatan dan pendidikan kita akan membaik. Sehingga, rakyat akan sejahtera. Karena kamu memiliki kekuatan diujung jarimu.
Dan tahukah kamu, siapakah yang akan mendapatkan kebebasan? Jika kamu melakukan hal itu!! Yaitu kamu, bebas dari ketidakadilan, bebas dari korupsi. Oleh karena itu, percayalah dengan kekuatan jarimu dan manfaatkan itu dengan sebaik mungkin.
.
.
Oleh : Muhammad Iqbal Ramadhan
Posting Komentar untuk "Who is The Next Leader 2024 ?"