Di dunia pendidikan khususnya dilembaga
pendidikan Indonesia tidak sedikit yang mengajarkan pelajaran sejarah agama
Islam dengan kisah-kisah dakwah Islam melalui perang atau pertumpahan darah. Pengungkapan
sejarah tersebut tidaklah salah, akan tetapi akan memberi dampak pada peserta
didik di sekolah kepada pemahaman bahwasanya Islam datang dan berkembang
melalui pertumpahan darah antar sesama umat manusia. Pemahaman tersebut secara
tidak langsung memberikan pembenaran akan pernyataan seorang ahli sejarah barat
Thomas Kerlil yang menyatakan bahwasanya “Muhammad menyebarkan Islam dengan
pedang”. Tentunya hal tersebut tidak benarkan!.
Bagaimana mungkin Islam datang dengan pedang,
sedangkan kita ketahui bahwasanya Nabi Muhammad selama kurun waktu 10 tahun
berdakwah menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan metode nasihat yang penuh
hikmah dan juga kelembutan. Dalam sejarah awal dakwah Islam tersebut banyak
sekali perlakuan yang tidak baik dari kafir Quraisy, baik kepada Nabi maupun
kepada orang-orang yang baru masuk Islam.
Bahkan setelah Islam berkembang pesat,
peperangan yang diikuti oleh Nabi sekitar 80 kali. Dan dari
80 kali tersebut yang berakhir dengan pertemuan dua pasukan yang saling berhadapan di medan
peperangan hanya terjadi sebanyak 7 kali.
Islam hadir memberikan pencerahan dan
perdamaian pada peradaban yang gelap akan pengetahuan dan moral. Islam sendiri
dari segi bahasa berasal dari kata As-Salam yang berarti perdamaian. Salah
satu bukti nyata dalam sejarah bahwasanya Islam datang dengan membawa perdamaian
ialah pada tahun 6 Hijriyah saat Nabi dan para Sahabat ingin ke Mekkah untuk
melakukan ibadah umrah dan beribadah di Masjdil haram.
Nabi dan para Sahabat ke Mekkah bertujuan
untuk beribadah mendekatkan diri kepada Sang Maha Penyayang. Akan tetapi hal
tersebut tertahan, karna mereka dicegah oleh orang-orang kafir Quraisy sesampai
di Hudaibiyah. Nabi dan para Sahabat tidak diperbolehkan masuk ke Mekkah.
Setelah beberapa waktu tidak menemukan jalan keluar atas pelarangan tersebut,
Nabi pun mengutus sahabat Utsaman bin Affan dan sepuluh orang Sahabat lain
untuk menjelaskan perihal kedatangan mereka murni hanya itu beribadah.
Setelah berbagai perihal terjadi akhirnya
kafir Quraisy mengutus Suhail bin Amr untuk menjalin rekonsiliasi dengan Nabi.
Perjanjian dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak, yang mana perjanjian
tersebut dinamai perjanjian Hudaibiyah. Namun perjanjian yang dibuat tersebut menurut para
Sahabat sangat merugikan Islam. Nabi menyikapi
respon para sahabat dengan penuh kesabaran sambil meyakinkan dan menenangkan para sahabat yang kecewa akan keputusannya tersebut.
Dan seiring berjalannya waktu, kafir Quraisy
merasa perjanjian yang mereka sepakati tersebut seolah menjadi boomerang bagi
mereka sendiri, karena banyaknya tokoh pembesar kafir Quraisy yang masuk Islam.
Merasa khawatir akan hal tersebut, kafir Quraisy pun melakukan pengkhianatan
terhadap perjanjian Hudaibiyah yang telah disepakati.
Sehingga terjadinya penyerangan oleh kafir Quraisy kepada umat
Islam. Akan tetapi, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemenangan bagi umat Islam. Setelah umat Islam menguasai Mekkah,
Nabi pun menyampaikan pidato kepada kafir Quraisy yang sudah berkhianat tersebut
dengan ungkapan diakhir pidatonya yakni ,
اذهبوا فأنتم الطلقاء
“Pergilah kalian,
maka kalian bisa hidup bebas (aman)” (HR. Baihaqi).
Dari kisah singkat
sejarah ini, yang mana seharusnya para pemenang akan memperbudak yang
dikalahkannya atau bahkan akan menghabisinya.
Tidak kah hal tersebut menunjukan bukti
bahwa Islam memberikan kedamaian, bahkan kepada kaum yang telah menyerang dan
berkhinat.
Adapun dalam rumusan yang dibuat oleh Syekh Ahmad Ghalusy, seorang Guru Besar Ilmu
Dakwah Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang menegaskan bahwasanya Islam
bertujuan untuk mencapai kesetaraan hidup sesama manusia, menggapai kebahagian
dunia akhirat dan menyebarkan perdamaian.
Mari kita telaah kembali dan memahami sejarah
Islam dengan hati dan fikiran yang jernih bukan sebaliknya!.
Oleh : Ashlahuddin
Posting Komentar untuk "Islam Membawa Perdamaian Bukan Peperangan"