Setiap manusia pasti
memiliki rasa cinta kepada seseorang yang ia kagumi. Hanya saja perjalanan
cinta setiap orang itu berbeda-beda. Adakalanya seseorang itu berhasil
mendapatkan hati sang pujaan hati hingga ia hidup bahagia bersamanya. Sebagian
lagi, hanya bisa mengikhlaskan sang pujaan hati untuk hidup bahagia bersama
orang pilihannya.
Bagi
seseorang yang berhasil mendapatkan cinta dari sang pujaan hati niscaya akan
menjadi sebuah anugerah dan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya. Karena
bahwasannya cinta adalah keindahan yang memberikan kebahagiaan dengan sejuta
rasa dan melukiskan keindahan dengan sejuta warna. Sehingga, orang yang
berhasil memperoleh hati dan cinta dari sang pujaan hati, hidupnya akan terasa
indah dan bahagia. Berbeda halnya dengan seseorang yang hanya bisa
mengikhlaskan sang pujaan hati untuk hidup bahagia bersama orang pilihannya.
Dalam fase ini, dia akan merasa kehilangan dan merasakan kesedihan yang
mendalam (galau). Sehingga, dalam menjalankan aktivitas keseharian nya dia
menjadi tidak bergairah dan terus larut dalam kesedihan hingga hidupnya akan
berakhir dalam sebuah keputus-asaan.
Sebagaimana
kisah para pujangga dalam syairnya:
قف واستمع سيرة الصب الذي قتلوا فمات في حبهم لم يبلغ الغـرضا
“Berhentilah sejenak dan
dengarkan sebuah kisah seorang perindu yang terbunuh.. Ia mati karena cinta dan
tidak pernah sampai kepada apa yang ia impikan”.
رأى فحب فسام الوصل فامتنعوا فرام صبرا فأعيا نيله فقضى
“Dia melihat seseorang,
kemudian jatuh cinta. Kemudian mengharap sebuah pertemuan, dan ternyata tidak
memungkinkan. Kemudian ia bersabar dan merasa mustahil untuk mendapatkan. Dan
berakhir dengan keputus-asaan”.
Memang, begitu dahsyatnya
rasa cinta itu.
Dalam
fase ini, seseorang jangan sampai larut dalam kesedihan yang dapat menimbulkan
madharat bagi dirinya. Dia harus berusaha bangkit dengan berbagai macam cara
yang bisa dilakukan.
Pertama, dia harus bisa menyadari
bahwa dia tidak bisa memaksakan seseorang untuk cinta balik kepada dirinya.
Dalam maqolah bahasa Arab
pernah disampaikan :
لايجب أن تجبر أحداً على أن يحبك، فقط لأنك تحبه بصدق
“Kamu tidak boleh
memaksakan seseorang untuk mencintaimu , hanya karena kamu tulus mencintainya”.
Maqolah
tersebut, memberikan pemahaman kepada kita. Bahwa seseorang itu boleh saja mencintai
sang pujaan hatinya dengan tulus. Akan tetapi, dia harus ingat bahwasanya dia tidak
bisa memaksakan kehendak perasaan nya agar sang pujaan hati balik untuk mencintainya. Karena kita pahami
bersama, bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan apakah dia akan cinta
balik atau tidak. Dan ingatlah dengan maqolah berbahasa Arab ini :
إذا غاب عنك من تحب فاعلم إما أحب غيرك وإما أنه لم يحبك من البداية
“Jika dia yang kamu cintai
pergi darimu, ketahuilah!! itu karena dia lebih mencintai seseorang selain dirimu,
atau mungkin sebenarnya sejak awal dia tidak benar-benar mencintaimu.”
Jadi,
ketika sudah ada tanda bahwa seseorang itu pergi dari kehidupanmu, bisa jadi hal
itu menjadi tanda bahwa ia telah menemukan seseorang selain dirimu atau memang sejak
awal dia benar-benar tidak mencintaimu.
Kedua, berusaha keras
untuk tidak memikirkan sang pujaan hatinya lagi. Baik itu dengan tidak mencari
aktivitas sosial medianya, menghapus segala kenangan tentang dirinya atau
menghilangkan segala hal yang dapat menghantarkan untuk terus berpikir tentang nya.
Pernah ada kata2 bijak
begini:
ما تركته بالعقل لا تعد إليه مهزوما بالعاطفة
"Seseorang yang telah
engkau tinggalkan berdasarkan akal sehatmu, maka jangan engkau kembali padanya
dalam keadaan "kalah" oleh perasaanmu".
Jadi
intinya, kalau seseorang sudah berusaha untuk move on dari seseorang yang dulu
pernah singgah di hatinya, baik karena adanya orang lain yang dia cintai atau
ada hal buruk dari dia yang selalu bikin hati kita tidak nyaman, atau dia
bukanlah orang yang tepat untuk kita jadikan teman hidup, maka jangan sampai
kita terpancing untuk kembali padanya atas dasar rindu, sayang atau hal
lainnya.
Ketiga, perbanyak kesibukan pada
sesuatu yang bermanfaat yang benar-benar menguras tenaga dan fikiran kita.
Sehingga, tidak ada waktu lagi untuk memikirkan dia.
Sebagaimana dawuh Syekh
Ibnu Qayyim :
من أعظم الأشياء ضررا على العبد بطالته وفراغه، فإن النفس لا تقعد فارغة. بل إن لم يشغلها بما ينفعها شغلته بما يضره ولا بد
"Sebagian dari bahaya
yang besar bagi seseorang adalah waktu nganggurnya. Sebab nafsu tidak akan diam
dalam keadaan kosong. Jika tidak disibukkan dengan hal yang bermanfaat, maka ia
akan tersibukkan dengan hal yang madlarat. Dan siklus ini adalah sebuah
keniscayaan"
Oleh
karena itu, sibukkanlah dirimu dengan sesuatu yang dapat meningkatkan value
atas dirimu. Baik itu dalam perkembangan keilmuan, kreativitas dan keahlian
yang akan engkau geluti. Dan ketahuilah terlebih dahulu, fans keilmuan dan bidang
tertentu apa yang akan menjadi titik fokusmu saat ini. Hal ini, sebagaimana ungkapan
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah “Seseorang yang mengenal dirinya, akan lebih sibuk
menbenahi dirinya sendiri dari pada memikirkan kehidupan orang lain”.
Sehingga,
jangan hanya karena satu tantangan kehidupan, kamu melupakan banyak nikmat
Tuhan yang telah diberikan. Hingga sampai membuatmu meninggalkan perkara yang
pasti hanya demi suatu angan-angan. Dan jangan pernah dirimu bertumpu pada
suatu keraguan padahal kamu mampu berdiri pada suatu keyakinan.
.
.
Selamat Membaca......
Oleh: Muhammad Iqbal
Ramadhan
Posting Komentar untuk "Move On : Patah Untuk Tumbuh"