Berbicara Tentang Cinta



    Dalam lika-liku kehidupan kita pasti dipertemukan dengan banyak orang yang hadir dalam kehidupan kita. Baik itu seseorang yang membuat kita bahagia, gembira, sedih ataupun duka. Kita dihadapkan dengan banyak pilihan, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal tersebut. Terutama dalam masalah perasaan atau kecenderungan kepada seseorang. Baik itu karena keahliannya, kealimannya, akhlaknya atau tentang kecantikan dan ketampanannya. Yang mana perasaaan itu, biasa dikenal dengan istilah cinta.
    Apa cinta itu sehh?
    Seorang pujangga pernah mengungkapkan, bahwa Cinta adalah keindahan. Cinta adalah keindahan yang memberikan kebahagiaan dengan sejuta rasa, melukis keindahan dengan sejuta warna, mendebarkan hati, menggetarkan jiwa, Bangkitkan jiwa dan membawa angan melambung tinggi terbang bersama angin surgawi. Itulah yang dinamakan cinta.
    Pengistilahan rasa cinta ini, seringkali diarahkan kepada rasa kagum kepada lawan jenis. Maksudnya kecenderungan dan kekaguman kepada seseorang baik itu laki-laki ataupun perempuan. Tentunya setiap insan memiliki rasa atau kecenderungan kepada seorang yang dikagumi nya. Dan hal ini nyata terjadi, karena bahwasanya kecenderungan kepada lawan jenis sudah menjadi sifat naluriah bagi manusia.
    Apakah rasa cinta kepada lawan jenis itu salah ataukah malah bertentangan dengan syariat? Tentu tidak, karena kita pahami bersama bahwasanya rasa cinta adalah anugerah dari Allah dan itu bukan merupakan suatu aib ataupun kecacatan, melainkan sebuah anugerah. Dengan demikian, rasa cinta bukanlah suatu kesalahan ataupun aib selama itu tidak bertentangan dengan koridor syariat.
    Imam Syafi’i pernah menyampaikan dalam syairnya :

أكثر الناس في النساء وقالو # إن حب النساء جهد البلاء
ليس حب النساء جهدا # ولكن قرب من لا تحب جهد البلاء


“Kebanyakan orang berkata ‘perempuan itu adalah sumber bencana’. Tetapi bukan mencintai perempuan sebuah bencana".
"Melainkan dekat dengan seseorang yang tidak kita cintai itu adalah sumber bencana."
    
    Maksudnya adalah, ketika kita mencintai wanita, itu bukan sebuah bencana atau masalah yang besar. Kemudian Imam Syafi’i mengatakan bahwa dekat dengan orang yang tidak kita cintai itu sumber bencana. Karena, ketika kita dekat dengan orang yang tidak kita cintai, niscaya hati dan pikiran kita selalu negatif. Akhirnya hal itu akan berdampak besar pada perilaku kita kepada orang tersebut bahkan kepada orang lain.
    Oleh karena itu, perasaan cinta yang dimiliki oleh kaula muda bukanlah sebuah kesalahan selama itu tidak bertentangan dengan koridor syariat. Dan seharusnya juga mengetahui bagaimana seseorang itu bisa meletakkan rasa cintanya agar tidak berdampak kepada kemudharatan bagi dirinya.
.
.
Selamat membaca.......

Oleh : Muhammad Iqbal Ramadhan

Posting Komentar untuk "Berbicara Tentang Cinta"