Sudah menjadi rutinitas di Pondok Pesantren Al-Bidayah, bahwa setiap malam jum’at setelah melakukan amalan salawat nariyyah bersama, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bidayah, Dr. KH. Abdul Haris, M.Ag. selalu memberikan tausyiah kepada para santrinya. Tujuannya agar para santri teringat kembali akan tujuan mereka datang ke pondok pesantren. Diantara yang selalu beliau ingatkan adalah semua santri dan orang tua memiliki tujuan yang sama ketika mondok dan memondokkan anaknya ke pondok pesantren.
Tujuan tersebut ketika disimpulkan adalah; 1) Bagaimana agar santri menjadi anak yang baik, 2) Bagaiamana agar para santri menjadi anak yang pinter. Sering beliau mengistilahkan dengan “Berkualitas dari sisi moralitas dan berkualitas dari sisi intelektualitas”.
Beliau juga menegaskan bahwa “HIDUP SATU KALI HARUS MENJADI PEMENANG (SUKSES), JANGAN MENJADI PECUNDANG!!!”. Beliau mengibaratkan “pecundang” dengan ‘orang yang tidak berdaya dan selalu dilecehkan di mata orang, bahkan oleh keluarganya sendiri’.
Sedangkan, cara menjadi seorang pemenang (sukses) adalah dengan memenuhi dua klasifikasi di atas (“Berkualitas dari sisi moralitas dan berkualitas dari sisi intelektualitas”). Memang tidak dipungkiri ketika para santri telah memiliki dua klasifikasi tersebut maka pasti santri tersebut sukses. Karena jaminannya adalah langsung Al-Qur’an dalam surat Al-Muajadilah ayat:11. Dan kita ketahui bahwa Allah Swt. tidaklah mungkin untuk ingkar janji.
Berikut ayat yang dimaksud:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ......... ١١
Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
Maksud dari “Orang beriman” tentulah orang yang baik. Karena "Tidaklah orang melakukan maksiat kecuali pada saat bersamaan yang bersangutan tidak menyadari akan eksistensi Tuhan (Iman) Yang Maha Melihat. Sehingga “orang yang beriman” adalah “orang yang baik”.
Tidak berhenti disini, beliau juga menambahi bahwa ‘kesuksesan’ bukanlah sebuah ‘kebetulan’ melainkan harus ‘diusahakan’ bahkan ‘ditirakati’. Karena perlu diingat bahwa sejatinya “Tidak ada orang yang sukses, yang ada orang yang disukseskan oleh Allah Swt”. Oleh karena itu harus selalu mendekat kepada Allah Swt. dan jalan yang harus ditempuh adalah ‘Tirakat’. Diantara ‘Tirakat’ yang sangat beliau anjurkan adalah Puasa Nabi Daud (satu hari puasa, satu hari tidak).
Posting Komentar untuk "Renungan Pengasuh (1): Berkualitas Dari Sisi Moralitas dan Intelektualitas"