HASIL KEPUTUSAN BAHSU AL-KUTUB FATHUL MUIN (1)


1. Apa yang menjadi standart penentuan nakirah maqusudah dan naikrah goiru maqsudah?

Jawab: Yang penentuan nakirah maqsudah dan nakirah ghoiru maqsudah hanyalah niatan dari mutakalim tidak mempertimbangkan pemahaman sami’ (pendengar) Karena dalam ilmu nahwu yang berpengaruh adalah niat mutakallim (pembicara). Karena ilmu nahwu hanya mempertimbangan sudah benar atau belum terkait aturannya.

Nb: Agar gramatikal dapat dipahami antara mutakalim dan sam’i tidak cukup hanya sekedar nahwu.

2. Apakah talaqnya jatuh jika orang yang diwakili tidak menyampaikan ucapan pewakilnya ?

Jawab: tidak jatuh talaq, karena yang menjadi pertimbangan dalam perwakilan adalah ucapan wakil terhadap istrinya, bukan ucapan suami terhadap orang yang dimintai wakil.

فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين (ص: 515)

ولو قال لآخر: أعطيت أو جعلت بيدك طلاق زوجتي أو قال له: رح بطلاقها وأعظها فهو توكيل يقع الطلاق بتطليق الوكيل لا بقول الزوج هذا اللفظ بل تحصل الفرقة من حين قول الوكيل: متى شاء طلقت فلانة لا بإعلامها الخبر بأن فلانا أرسل بيدي طلاقك ولا بإعلامها أن زوجك طلق.

3. Bagaimana status talaq yang diwakilkan dan ditentukan hari, tetapi pihak penerima wakil mengucapkan pada hari lain?

Jawab: Ucapan “talaklah istriku pada hari senin” itu ihtimal  (kemungkinan) dua hal
a) Bisa saja hari senin itu adalah permulaan waktu
b) Bisa saja itu menunjukan penentuan hari senin

Dari sini yang jadi penentu adalah niat muwakkil. Sehingga, untuk menghukumi harus minta klarifikasi kepada sang muwakkil (suami).

إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (4/ 25)

وقوله فيطلق أي الوكيل، وهو جواب إذا (قوله: ثم إن إلخ) كالاستدراك من صحة إيقاعه بعده: أي فمحل جواز إيقاعه بعد اليوم المعين ما لم يقصد الموكل ذلك اليوم الذي عينه بخصوصه لا قبله ولا بعده، وإلا تعين. ولا يجوز بعده كما لا يجوز قبله: وقوله طلق: أي الوكيل وهو جواب أن. وقوله فيه: أي في اليوم الذي قصد تقييد وقوع الطلاق به. وقوله لا بعده: أي لا يجوز أن يطلق بعد ذلك اليوم المقصود التقييد به، وبالأولى عدم الجواز قبله

4. Siapa yang disebut dengan muhaqqiq ?

Jawab: Pernyataan muhaqqiq itu subjektif dari yang menyatakan (mutakalim) sama halnya dengan pernyataan “qoul ashoh, qoul adzhar” dll.

NB:

➤Terkait muhaqqiq maknanya adalah orang yang mampu membuat sesuatu yang abstarak menjadi sangat jelas. Dan orang menyatakan semisal “orang ini tahqiq” itu bisa saja karena ia sangat kagum dengan orang tersebut dari sisi keilmuannya.

Untuk ulama ahli tahqiq yang dimaksud di kitab fathul muin kemungkinan adalah guru beliau; Ibnu Ziyad, Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Romli.

Posting Komentar untuk "HASIL KEPUTUSAN BAHSU AL-KUTUB FATHUL MUIN (1)"