Mengapa dalam surat al-Fatihah setelah basmalah diawali dengan kata “Alhamdulillah”?

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.orami.co.id%2Fmagazine%2Farti-alhamdulillah&psig=AOvVaw0RZJFMlxBsaZW-XIkxvhWj&ust=1678808758466000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCLjW9MGf2f0CFQAAAAAdAAAAABAE

Suatu saat di tengah malam, saat hujan lebat, tidak membawa selembar jas hujan, dan tidak membawa alat komunikasi apapun ternyata bahan bakar motor kita habis di tengah hutan lalu kita terpaksa harus mendorong kendaraan kita dalam kegelapan dan intaian malam, lantas di tengah kita mendorong, saat keringat mulai menguap dari tubuh, ternyata ada sesorang yang datang menghampiri kita, bukan mendorong kendaraan kita, justru orang itu menyedot bensin di tangki dengan mulutnya, kemudian diisikan ke tangki motor kita sehingga keluarlah kita dari hutan tersebut. Tak hanya itu, orang tersebut mengajak kita mampir ke rumahnya dan memberikan hidangan hangat kepada kita, dengan penuh keramahan akan tetapi tidak membuat orang sungkan dan merasa harus membalas budi kepadanya, lengkap dengan pernik kebaikan lainnya. Dalam kondisi seperti ini kita pasti mengucapkan “terima kasih yang sebesar-besarnya” atau kita mengucapkan “saya ucakan beribu terima kasih”, “terima kasih yang tak terhingga” atau bahkan “saya tidak tau harus bilang apa??”. Semakin tinggi kebaikan orang lain terhadap kita maka akan semakin besar rasa terima kasih kita terhadap orang tersebut.

Sekarang mari kita melakukan perbandingan, sejak kapan dan sampai kapan orang tersebut berbuat baik? Dalam waktu sepersekian saja kita mendapat perlakuan dan pemberian baik dari orang lain mampu membuat kita memiliki rasa terima kasih yang begitu besar dan mampu membuat kita merasa ingin balas budi yang begitu besar. Lalu bagaimana jika perlakuan dan pemberian baik itu dilakukan kapada kita di setiap bulannya, di setiap harinya, di setiap detiknya bahkan sebelum kita ada nikmat dan kebaikan itu sudah disediakan dan dipersiapkan untuk kita? Itulah yang Allah senantiasa berikan kepada kita. Lantas apa kata yang pantas untuk kita ucapkan sebagai wujud terima kasih? Jika kepada makhluk dengan sepersekian waktu saja kita kebingungan mengucapkan terima kasih bagaimana dengan pemberian nikmat oleh Allah yang tanpa ada kata sekian dan sekian waktu bagi kita?. Tentu tidak akan ada padanan kata sebagai ujud terima kasih yang dapat menyeimbangi pemberian nikmat dari Allah kepada kita, Baginda Rasulullah pun telah menjelaskan hal ini ; لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.

Kalau saja Allah I tidak mengajari kita bagaimana ucapan untuk mensyukuri nikmat-Nya, niscaya kita akan kebingungan apa yang harus kita ucapkan sebagai bentuk syukur atas segala nikmatnya. الْحَمْدُ لِلهِ segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan bagaimana mengucap syukur kepada-Nya; dengan kata “الْحَمْدُ لِلهِ”.

 

“Setelah semua yang kamu lakukan diniati atas nama Allah, jangan lupa bersyukur, tidak usah bingung, Allah sudah mengajari bagaimana kamu bersyukur: ucapkanlah الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Oleh : Moch. Nasiruddin

Disarikan dari: Al-Mukhtashar al-Mukhtar min tafsir al-Syaikh Mutawalli as-Sya’rawi hal.13

 

Posting Komentar untuk "Mengapa dalam surat al-Fatihah setelah basmalah diawali dengan kata “Alhamdulillah”?"